KN LWF Indonesia adalah organisasi persekutuan gereja-gereja Lutheran di Indonesia yang mana KN LWF ini menjadi salah satu bagian dari sponsor tim KKN Bingkai Mentawai. Pada bulan Agustus 2024, secara tiba-tiba tim KKN Bingkai Mentawai mendapatkan tawaran dari KN LWF untuk mengunjungi Dusun Sua, Siberut Tengah, Kep. Mentawai dengan harapan agar mahasiswa dapat melihat secara langsung kondisi masyarakat, lingkungan, dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di Dusun Sua sehingga nantinya dari kunjungan tersebut mahasiswa KKN dapat menghasilkan laporan untuk kemudian, dari berbagai permasalahan yang terjadi di Dusun Sua dapat terangkat, terlihat, dan mendapatkan respon oleh pemerintah setempat. Hingga pada akhirnya tim KKN memutuskan untuk menyetujui tawaran tersebut dan mengirimkan 6 orang perwakilan untuk berangkat ke Dusun Sua pada tanggal 3 Agustus 2024 – 5 Agustus 2024. Nama-nama perwakilan tim KKN yang berangkat ke Dusun Sua yakni Ahmad Codie Hafiz Aryaputra, Fathlani Khasanah, Gishellen Angelica Santoso, Muhammad Alfatih Suaidi, Norman Edra, dan Widya Desy Inaya.
Pada tanggal 3 Agustus 2024 keberangkatan berawal dari Desa Maileppet, Siberut Selatan menuju Dusun Sua, Siberut Tengah, perjalanan ini membutuhkan waktu tempuh selama ± 2 jam dengan menggunakan both. Sebuah informasi bagi para pembaca bahwa biaya transportasi pulang-pergi dari Desa Maileppet, Siberut Selatan menuju Dusun Sua, Siberut Tengah memerlukan biaya yang cukup mahal yakni sebesar Rp900.000, biaya transportasi yang dimaksud hanyalah biaya untuk membeli bensin both saja dan itu belum termasuk jasa sopir both, dan sebagainya. Pada pukul 10.00 WIB tim KKN dijemput langsung oleh Kepala Dusun Sua, Pak Mei kemudian, tim KKN bersama dengan Pak Mei bertolak dari Desa Maileppet, Siberut Selatan yaitu pada pukul 12.00 WIB selama perjalanan kondisi cuaca terlihat sangat bersahabat. Pengalaman menaiki both yang hanya terbuat dari kayu dengan model yang sangat sederhana menjadi pengalaman yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya bagi kami anak KKN. Tidak hanya itu, pengalaman ini juga akan memberikan kesan membahagiakan dan kesan yang menakjubkan karena selama menaiki both di lautan lepas dapat disimpulkan bahwa alat transportasi ini tidak memiliki perlengkapan pengamanan yang memadai untuk menghadapi cuaca atau gelombang laut namun, hebatnya alat transportasi yang dirancang sebegitu sederhananya ini mampu berjalan di lautan lepas.
Pukul 14.00 WIB kami belum juga sampai di Dusun Sua melainkan kami tiba di Pulau Siteut untuk makan siang dan beristirahat. Pulau Siteut atau dikenal sebagai Pulau Babi merupakan pulau kecil yang dulunya dipergunakan oleh masyarakat Mentawai untuk ternak babi namun, saat ini sudah ada beberapa masyarakat yang tinggal di pulau tersebut. Diperkirakan terdapat ± 10 rumah di pulau tersebut dan alasan masyarakat memutuskan untuk tinggal di Pulau Siteut karena profesi mereka yakni sebagai penyelam sehingga ketika ingin memulai menyelam maka jarak untuk memulai proses menyelam akan menjadi lebih dekat. Sebagai berikut foto Pulau Siteut atau Pulau Babi
Tepat pukul 16.00 WIB kami melanjutkan perjalanan dari Pulau Siteut menuju Dusun Sua, Siberut Tengah. Terdapat alasan mengapa kami melanjutkan perjalanan kembali pada pukul 16.00 WIB yakni dikarenakan kami menunggu ombak laut pasang agar perjalanan kami terasa lebih nyaman. Sesampainya di Dusun Sua yakni pukul 16.40 WIB, kami disambut oleh beberapa masyarakat yang kemudian, juga turut serta membantu kami membawakan barang-barang bawaan kami menuju rumah dimana nantinya kami akan tinggal. Sebuah informasi bahwa Dusun Sua tidak memiliki pelabuhan sehingga tempat masyarakat berlabuh hanyalah pantai biasa. Perjalanan kami belum selesai karena kami juga harus jalan kaki sekitar 10 menit menuju rumah Pak Mei, dimana rumah Pek Mei ini akan menjadi tempat untuk kami tinggal sementara waktu di Dusun Sua. Perjalanan dari pantai menuju rumah Pak Mei mengharuskan kami jalan kaki karena di Dusun ini tidak terdapat kendaraan mobil dan jumlah kendaraan motor pun hanya terdapat 2 buah saja bahkan salah satu diantaranya juga sudah tidak dapat beroperasi lagi. Tidak hanya itu, kondisi lebar akses jalannya pun tidak dapat dilewati oleh mobil.Â
Gambaran mengenai kondisi di Dusun Sua yakni tidak ada listrik PLN, tidak ada sinyal, tidak ada air bersih dan ketersediaan air terbatas, hanya terdapat 1 tempat jualan untuk membeli bahan kebutuhan sehari-hari, biaya hidup lebih mahal sekitar Rp1.000,00 – 8.000,00 dibandingkan dengan di Siberut Selatan, jumlah penduduk terbilang sedikit yakni hanya terdapat 58 Kartu Keluarga (KK), tidak ada lampu penerang jalan dan lampu penerangan untuk rumah bersumber dari panel surya. Melihat kondisi ketersediaan terbatasnya berbagai akses dan kebutuhan hidup di Dusun Sua terdapat beberapa hal yang membuat kami tim KKN sangat kagum dengan kondisi lingkungan maupun kondisi masyarakatnya yaitu antusias masyarakat terlihat saat menyambut kedatangan dan keinginan mereka untuk ikut serta dalam pelaksanaan program kerja kami selaku anak KKN; kondisi lingkungan sangat bersih, asri, serta tata ruang yang sangat tertata dengan rapi; masyarakat memiliki pola kebiasaan hidup membuang sampah pada tempatnya; pada saat malam hari bisa melihat galaksi secara langsung dengan mata tanpa bantuan media apapun karena di Dusun Sua tidak terdapat polusi udara.
Keberadaan tim KKN Bingkai Mentawai di Sua merencanakan 3 program kerja yaitu observasi aliran air, sosialisasi pencegahan stunting, dan sosialisasi gosok gigi yang benar. Pelaksanaan ketiga program kerja ini berlangsung hanya dalam waktu 1 hari saja yaitu pada tanggal 4 Agustus 2024. Program kerja pertama yang kami lakukan adalah observasi aliran air, program ini dimulai pukul 07.00 – 10.00 WIB. Proses observasi aliran air dilakukan dengan berjalan kaki menaiki bukit dikarenakan sumber mata air, lokasi penampungan air, dan alat utama aliran air berada di puncak bukit. Hasil yang didapat dari observasi aliran air adalah terdapat kerusakan pada alat aliran air korosif sehingga menyebabkan bocor pada berjalannya aliran air hal ini terjadi karena alat ini sudah termakan oleh usia yaitu pemakaian sudah mencapai 9 tahun lamanya, kerusakan pada alat filtrasi karena tidak adanya perawatan secara berkala oleh teknisi, kesalahan pada pemasangan pipa air pada saat pembuatan oleh karena itu hal ini membuat berjalannya aliran air tidak dapat maksimal untuk bisa turun sampai ke pemukiman masyarakat. Dari penjelasan hasil observasi yang dilakukan dapat menjelaskan bahwa mengapa kemudian, kualitas air tidak layak untuk dikonsumsi dan ketersediaan air yang digunakan oleh masyarakat di Dusun Sua menjadi terbatas. Masalah ini menjadi masalah yang cukup serius bagi masyarakat Dusun Sua karena mengingat pentingnya air sebagai sumber utama penghidupan bagi manusia. Hambatan pada saat proses observasi adalah cuaca hujan sehingga menyebabkan jalan berlumpur dan licin, medan bukit yang curam dan hilangnya jalan setapak karena sudah tertutupi oleh semak-semak tumbuhan.
Program kerja selanjutnya yang berjalan adalah program kerja sosialisasi pencegahan stunting dan sosialisasi gosok gigi yang benar. Kedua program kerja ini berjalan berurutan di lokasi dan peserta yang sama. Pelaksanaan program berlokasi di balai dusun yang dihadiri oleh ibu-ibu Kader, ibu-ibu, dan anak-anak. Tahapan pelaksanaan program kerja sosialisasi pencegahan stunting adalah sosialisasi mengenai pencegahan stunting oleh anak KKN kemudian, pembagian poster tentang informasi stunting dan cara pencegahannya dan terakhir, pembagian roti dan air putih sebagai bentuk penunjang asupan gizi yang baik bagi anak.Â
Tahapan pelaksanaan program kerja sosialisasi gosok gigi yang benar adalah sosialisasi dari anak KKN yakni disertai dengan menggunakan media bantuan yaitu replika gigi kemudian, pembagian sikat gigi dan pasta gigi gratis kepada masyarakat. Secara keseluruhan dari hambatan berjalannya kedua proker ini adalah tidak ada listrik maupun tidak adanya speaker sehingga kami anak KKN merasa agak kesulitan saat mengontrol situasi masyarakat yang gaduh dan mengontrol suara saat proses sosialisasi berjalan.
Sekedar informasi bahwa masyarakat di Dusun Sua jika ingin mendapatkan sinyal maka harus jalan kaki menaiki bukit karena lokasi keberadaan sinyal hanya berada di tengah-tengah Dusun Sua dan Dusun Totoet. Menuju lokasi dimana keberadaan sinyal itu berada lumayan memakan waktu yang cukup lama yakni sekitar 30 menit dengan berjalan kaki bahkan saat menaiki bukit pun membutuhkan tenaga yang cukup besar karena jalan menuju lokasi tersebut cukup melelahkan. Tidak hanya itu, keberadaan sinyal lokasinya masuk di dalam hutan sehingga terdapat berbagai hewan seperti nyamuk, serangga, bunglon, kadal, dsb yang bisa kapan saja mengganggu keberadaan manusia.