Desa Muntei, sebuah desa yang terletak di Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, ternyata menyimpan kekayaan budaya dan tradisi yang sarat makna. Salah satu tradisi yang paling menonjol bagi masyarakat Mentawai adalah praktik pengobatan tradisional yang dijalankan oleh Sikerei. Di sini, para Sikerei, sosok sakral yang dihormati sebagai penyembuh, merawat kesehatan serta menjaga kesejahteraan komunitas dengan memadukan kebijaksanaan alam dan spiritualitas. Melalui wawancara dengan salah satu Sikerei di Desa Muntei, terungkap perjalanan penuh dedikasi mereka yang berisi proses panjang dan sakral dengan melibatkan pantangan, langkah-langkah pengobatan, hingga ritual-ritual magis yang diiringi oleh kekuatan tanaman obat. Artikel ini mengajak Anda untuk menjelajahi kedalaman kearifan lokal Mentawai yang mengalir dari hutan ke dalam keseharian masyarakat, menjaga harmoni antara manusia dan alamnya.
Di tengah kerapuhan kehidupan yang dipeluk oleh alam Mentawai, Sikerei berdiri sebagai penjaga kesehatan yang tidak hanya merawat tubuh, tetapi juga jiwa. Dalam komunitas mereka, Sikerei memainkan peran penting sebagai penyembuh tradisional yang bijak, menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk mendiagnosis penyakit berdasarkan tanda-tanda yang terselubung dalam tubuh dan batin pasien. Dengan intuisi tajam dan keahliannya, mereka memilih pengobatan yang tepat dari khazanah hutan yang kaya akan tanaman obat. Lebih dari sekadar penyembuh, Sikerei juga berperan sebagai penasihat, menjaga keseimbangan kesehatan masyarakat dengan memberikan nasihat bijak tentang pencegahan penyakit dan menjaga harmoni dengan alam.Â
Kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh seorang Sikerei bukanlah sesuatu yang diperoleh secara instan. Perjalanan untuk menjadi seorang Sikerei melibatkan serangkaian tahapan dan ujian yang menuntut kesabaran mendalam. Calon Sikerei harus menempuh proses panjang untuk mempelajari seni meramu obat-obatan dari alam, menguasai berbagai ritual adat, serta mempelajari nyanyian suci (Urai Sikerei) dan tarian spiritual (Turuk Sikerei). Setiap pengetahuan ini didapatkan melalui bimbingan seorang Sikerei senior yang berperan sebagai guru sekaligus pembimbing, yang dalam tradisi mereka dikenal sebagai Sipaumat.Â
Proses pengangkatan seorang Sikerei di Mentawai seringkali dimulai dari isyarat yang datang melalui penyakit atau mimpi. Dalam tradisi mereka, dipercaya bahwa leluhurlah yang memilih individu untuk menjadi Sikerei, memberikan tanda melalui penyakit yang tak kunjung sembuh meski telah diobati. Sering kali, calon Sikerei akan menerima pesan melalui mimpi, di mana ia merasakan panggilan untuk mengemban peran suci ini. Ketika orang tersebut menerima takdirnya sebagai Sikerei, penyakit yang dideritanya kerap kali sembuh dengan sendirinya, seolah menjadi bukti restu dari leluhur. Selain melalui wahyu ini, ada juga yang memilih jalan Sikerei atas dorongan dari dalam diri, karena ketertarikan akan ilmu penyembuhan tradisional, atau dari anggota uma yang membutuhkan seorang Sikerei baru. Namun, apapun alasan yang melatarbelakangi, calon Sikerei dan keluarganya harus mempersiapkan diri untuk melaksanakan upacara pengangkatan, sebuah ritus yang menandai awal dari perjalanan sakral mereka sebagai penjaga kesehatan dan spiritualitas komunitas.
Dalam menjalankan perannya sebagai penyembuh tradisional, Sikerei diwajibkan untuk mematuhi serangkaian pantangan yang dirancang untuk menjaga kemurnian dan kekuatan praktik mereka. Pantangan ini meliputi aturan ketat tentang pola makan, di mana mereka harus menghindari makanan tertentu yang dianggap dapat merusak keseimbangan spiritual. Selain itu, mereka harus menjauhi aktivitas-aktivitas tertentu serta kontak dengan hal-hal yang dianggap dapat mengganggu keharmonisan energi mereka. Setiap pantangan ini bukan hanya sebagai penghalang fisik, tetapi juga sebagai perisai spiritual, memastikan bahwa Sikerei tetap terhubung secara mendalam dengan dunia roh dan alam. Beberapa pantangan mungkin bersifat khusus, mencerminkan tradisi dan keyakinan unik dari komunitas mereka, yang memperkuat hubungan mereka dengan leluhur dan menjaga keaslian ilmu pengobatan yang mereka warisi.
Pengobatan oleh Sikerei adalah sebuah perjalanan spiritual dan terapeutik yang menyelami kedalaman jiwa dan tubuh. Proses dimulai dengan Sikerei melakukan diagnosis melalui pengamatan cermat terhadap gejala dan mendengarkan kisah pasien, sering kali ditafsirkan melalui mimpi atau tanda-tanda roh. Setelah diagnosis ditetapkan, Sikerei memilih ramuan obat dari kekayaan tanaman hutan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Proses penyembuhan ini tidak hanya melibatkan ramuan, tetapi juga ritual dan upacara adat yang dirancang untuk mengembalikan keseimbangan energi dan menyambungkan pasien dengan dunia roh. Nyanyian suci dan tarian khas menjadi bagian integral dari proses ini, dipercaya mampu mengalirkan energi penyembuhan dan mengusir roh-roh jahat. Keseluruhan ritual bertujuan untuk memulihkan kesehatan fisik dan keseimbangan spiritual, menciptakan harmoni antara individu dan lingkungan spiritual mereka, serta merajut kembali jalinan kehidupan dengan alam dan leluhur.
Sikerei memanfaatkan berbagai tanaman obat yang tumbuh di sekitar Desa Muntei untuk pengobatan. Beberapa tanaman yang sering digunakan termasuk Cinnamomum burmannianum (Kayu Manis Mentawai), yang membantu mengatasi masalah pencernaan dan infeksi; Zingiber zerumbet (Jahe Hutan), untuk gangguan pernapasan dan nyeri; Rheedia macrophylla (Buah Kunci), yang berfungsi sebagai obat infeksi dan imunostimulan; Curcuma longa (Kunyit), untuk peradangan dan gangguan liver; Eugenia jambolana (Jamun), yang mengatur kadar gula darah; Antidesma bunius (Kunci Sirih), untuk infeksi dan tonik umum; serta Alstonia scholaris (Pohon Kaca), yang digunakan untuk demam dan gangguan pencernaan. Tanaman-tanaman ini merupakan bagian integral dari praktik pengobatan tradisional Sikerei.
Ritual adalah inti dari pengobatan yang dilakukan oleh Sikerei, berfungsi tidak hanya sebagai bagian dari proses penyembuhan tetapi juga sebagai medium untuk memperkuat niat dan keyakinan dalam penyembuhan. Ritual ini melibatkan berbagai elemen yang mendalam, seperti penyampaian doa dan mantra yang menghubungkan pasien dengan dunia roh, menciptakan jembatan spiritual untuk penyembuhan. Selain itu, nyanyian suci dan tarian khas dipergunakan untuk mengalirkan energi penyembuhan dan mengusir energi negatif yang mungkin menghalangi proses penyembuhan. Pengaturan altar dengan dupa, bunga, dan benda suci diatur dengan cermat untuk menciptakan atmosfer suci yang mendukung penyembuhan. Persembahan atau korban kepada roh-roh dan leluhur dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan permohonan restu. Setiap elemen ritual ini disusun dengan penuh kehati-hatian untuk menyelaraskan tubuh dan jiwa pasien dengan energi spiritual dan kekuatan alam, menjadikan proses penyembuhan sebagai pengalaman yang tidak hanya fisik tetapi juga holistik dan mendalam.
Kita dapat mengagumi kedalaman pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh Sikerei dalam mengelola pengobatan tradisional mereka. Praktik ini bukan hanya merupakan warisan budaya yang sarat nilai, tetapi juga sebuah jembatan yang menghubungkan kesehatan masyarakat Mentawai dengan pemahaman yang lebih luas tentang hubungan harmonis antara manusia, alam, dan spiritualitas. Dalam setiap ritual dan ramuan yang mereka gunakan, tersimpan cerita dan kebijaksanaan yang memperkaya wawasan kita tentang keseimbangan hidup dan kekuatan alam. Dengan demikian, pengobatan tradisional Sikerei tidak hanya menjaga kesehatan, tetapi juga mengajarkan kita tentang makna sejati dari keterhubungan dan penghormatan terhadap warisan budaya yang tak ternilai.